Klikjateng, Semarang – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang bekerja sama dengan Bank Jateng membangun tiga sumur artesis di Kecamatan Gunungpati guna mendukung pengairan di kawasan penghasil durian dan sentra batik. Tiga lokasi yang mendapat bantuan sumur artesis tersebut adalah Kelompok Tani Kebun Durian Malika di RW 1 Cepoko, Kampung Siroto di RW 10, serta Kampung Malon di RW 6.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (Mbak Ita), mengatakan bahwa bantuan untuk kelompok tani Kebun Durian Malika ini sangat penting untuk melestarikan pohon durian malika yang kini tinggal satu-satunya di Semarang, dengan usia mencapai 250 tahun. Selain bantuan sumur artesis, diberikan pula penangkal petir untuk melindungi pohon tersebut dari sambaran petir.
“Khusus di Malika, juga ada penangkal petir untuk mencegah terkena petir. Kita jaga malika karena tinggal satu pohon dan umurnya sudah 250 tahun. Alhamdulillah, sekarang di sekitarnya sudah dikembangkan 2.000 pohon durian baru,” ujar Mbak Ita dalam keterangan tertulis, Minggu (13/10/2024).
Penyiraman otomatis untuk pohon-pohon durian di Kebun Durian Malika kini juga sudah terhubung dengan sumur artesis, yang disambungkan langsung ke setiap pohon selama 10 menit. Hal ini dinilai lebih efektif dan menghemat listrik.
“Dengan sistem sekarang, biasanya token listrik Rp 100 ribu habis dalam tiga hari. Sekarang dua minggu belum habis. Manfaatnya sangat terasa,” kata Mbak Ita.
Selain di Malika, bantuan sumur artesis juga diberikan untuk Kampung Siroto di RW 10. Air dari sumur ini dibutuhkan tidak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga untuk menyirami pohon durian di kampung yang sudah ditetapkan sebagai kampung tematik durian.
Di Kampung Malon, sumur artesis digunakan untuk mendukung sentra batik warna alam, terutama untuk proses pencelupan yang memerlukan banyak air. Bantuan ini sangat diharapkan oleh masyarakat setempat yang selama ini kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih.
“Di Malon, sumur ini akan sangat membantu proses produksi batik yang membutuhkan banyak air. Selain itu, air dari sumur ini juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat,” imbuh Mbak Ita.
Mbak Ita menyebut, Pemkot Semarang terus mendorong pemberdayaan masyarakat dengan kolaborasi dari pihak swasta melalui dana corporate social responsibility (CSR). Bank Jateng telah memberikan bantuan sumur bor untuk proyek ini, dan Pemkot berencana melanjutkan kolaborasi untuk program ketahanan pangan.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang, Yudi Wibowo, menambahkan bahwa penyambungan sumur artesis di Siroto mencakup 200 sambungan rumah dengan total biaya Rp 140 juta. Sedangkan di Kampung Malon, sumur artesis dapat mengairi hingga 100 sambungan rumah.
Muali, seorang petani durian Malika, mengaku sangat terbantu dengan adanya sumur artesis ini, karena sebelumnya ia harus mengangkut air dari tempat yang jauh untuk menyirami pohon-pohonnya. Kini, dengan sistem otomatis, pekerjaan menjadi jauh lebih efisien.
Senada dengan itu, Ketua RW 10 Kampung Siroto, Subagyono, juga mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan. Ia menyebut sumur artesis sangat dibutuhkan warga karena di wilayah tersebut tidak terdapat sumber air alami.
“Sekarang Alhamdulillah, sumur ini bisa mencukupi kebutuhan air bersih untuk seluruh RW 10 dengan 181 Kepala Keluarga (KK),” pungkas Subagyono.
(Sar/V)






