Klikjateng, Blora – Kabupaten Blora kini tengah memperkuat sektor ekonomi kreatif (Ekraf) sebagai salah satu pilar pertumbuhan ekonomi daerah. Salah satu upaya yang ditempuh adalah melalui pembentukan Komite Ekonomi Kreatif (KEK), yang diharapkan mampu menjadi motor penggerak bagi para pelaku Ekraf. Kepala Bidang Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dinporabudpar) Blora, Yeti Romdonah, menjelaskan bahwa KEK berperan penting dalam menyalurkan informasi dan menjadi penghubung antara pemerintah dengan para pelaku Ekraf di Blora.
“KEK hadir sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam mengidentifikasi potensi ekonomi kreatif, serta sebagai mediator yang membantu pelaku Ekraf mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun lembaga-lembaga yang bisa bersinergi,” ungkap Yeti Romdonah. Kamis (03/10/24). Ia menekankan bahwa peran KEK tidak hanya sekadar memberikan informasi, tetapi juga mendukung peningkatan kualitas dan pengakuan terhadap ekonomi kreatif di tingkat lokal.
Program Pengembangan Ekonomi Kreatif di Blora
Sejalan dengan pembentukan KEK, Pemkab Blora telah menggagas berbagai program untuk mendorong perkembangan Ekraf. Salah satu inisiatif yang disoroti adalah pembangunan Blora Creative Space (BCS), yang menjadi pusat bagi para pelaku Ekraf untuk berkreasi dan berkolaborasi.
“BCS diharapkan menjadi tempat berkumpulnya pelaku Ekraf dari 17 subsektor yang ada di Kabupaten Blora. Ini akan menjadi ruang untuk apresiasi, pengembangan ide, dan koordinasi dalam menyatukan program-program kreatif yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di daerah,” jelas Yeti.
Di antara 17 subsektor Ekraf yang ada, subsektor kuliner, kriya, seni pertunjukan, serta fashion menjadi yang paling potensial untuk dikembangkan di Blora. Keterlibatan berbagai pelaku usaha lokal dan sinergi dengan pemerintah diharapkan bisa mempercepat laju pertumbuhan sektor ini.
Tantangan dan Hambatan dalam Mengembangkan Ekraf di Blora
Namun, pengembangan ekonomi kreatif di Blora tidak lepas dari tantangan. Yeti Romdonah mengakui bahwa sinergitas antara Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang menangani 17 subsektor Ekraf masih belum terjalin secara optimal. Hal ini membuat koordinasi antarinstansi menjadi lambat, sehingga beberapa program Ekraf belum berjalan secara efektif.
“Karena ekonomi kreatif adalah hal yang relatif baru di Blora, koordinasi antara OPD yang membawahi subsektor Ekraf masih perlu ditingkatkan. Selain itu, pendataan pelaku Ekraf juga menjadi kendala, karena banyak pelaku usaha yang belum sepenuhnya memahami keterlibatan mereka dalam program ini,” tambah Yeti.
Di sisi lain, keterbatasan anggaran juga menjadi tantangan besar. Beberapa kegiatan yang ditujukan untuk mendukung pelaku Ekraf sering kali terkendala oleh anggaran yang belum mencukupi, sehingga pelaksanaan program-program kreatif belum bisa maksimal.
Peran Pemuda dalam Menggerakkan Ekonomi Kreatif
Salah satu fokus utama dalam pengembangan Ekraf di Blora adalah keterlibatan generasi muda. Yeti menegaskan bahwa pemuda memiliki peran strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif, terutama dalam hal inovasi dan kreativitas.
“Keterlibatan pemuda sangat penting, karena mereka adalah penggerak utama kreativitas dan inovasi di sektor Ekraf. Dengan adanya Blora Creative Space, kami berharap generasi muda Blora bisa memiliki ruang untuk belajar, berkarya, dan menyalurkan ide-ide kreatif mereka dalam mendukung sektor ini,” ujar Yeti.
Meski demikian, keterlibatan pemuda dalam sektor Ekraf masih tergolong terbatas. Dinporabudpar dan KEK akan terus berupaya memaksimalkan potensi pemuda melalui berbagai program pelatihan, workshop, dan acara-acara kreatif lainnya.
Kolaborasi dengan Sektor Swasta dan Pentahelix
Yeti juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan sektor swasta dan pentahelix (pemerintah, akademisi, komunitas, pelaku usaha, dan media) dalam mengembangkan ekonomi kreatif di Blora. Ia mengungkapkan bahwa Pemkab dan KEK tengah merencanakan berbagai kerja sama dengan BUMN, BUMD, serta sektor-sektor lain yang memiliki peran penting dalam mendukung program pengembangan Ekraf.
“Kami berharap kolaborasi dengan BUMN, BUMD, serta sektor swasta lainnya dapat meningkatkan daya saing para pelaku Ekraf melalui kegiatan-kegiatan seperti workshop, lomba, festival, talk show, hingga pendampingan langsung bagi pelaku usaha kreatif,” jelasnya.
Dampak Ekonomi Kreatif Terhadap Pariwisata di Blora
Tidak hanya berfokus pada ekonomi, sektor ekonomi kreatif juga diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi pariwisata di Blora. Menurut Yeti, subsektor seperti kuliner, seni pertunjukan, kriya, dan fashion memiliki potensi besar untuk menjadi daya tarik wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
“Ekonomi kreatif sangat erat kaitannya dengan pariwisata. Jika pelaku Ekraf mampu memanfaatkan peluang dengan baik, sektor ini bisa menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan. Contohnya, produk-produk kriya, kuliner khas, dan seni pertunjukan bisa menjadi magnet bagi wisatawan yang datang ke Blora,” ungkap Yeti.
Ia menambahkan, dengan pengelolaan yang baik, ekonomi kreatif bisa menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung pariwisata, yang pada gilirannya akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat Blora secara keseluruhan.
Harapan Kedepan
Dengan terbentuknya Komite Ekonomi Kreatif dan adanya Blora Creative Space, diharapkan ke depan sektor ekonomi kreatif di Kabupaten Blora akan semakin berkembang. KEK juga diharapkan menjadi katalis dalam menciptakan sinergi antara berbagai pihak, baik pemerintah, pelaku usaha, pemuda, hingga komunitas kreatif, dalam membangun ekosistem Ekraf yang kuat dan berkelanjutan.
“Dengan kerja sama yang baik, kami optimis ekonomi kreatif di Blora akan berkembang pesat, memberikan dampak positif bagi pariwisata, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan,” pungkas Yeti Romdonah.
(Angga)