Klikjateng, Grobogan – Pemerintah Kabupaten Grobogan kembali menggelar Diseminasi Hasil-Hasil Penelitian dan Kajian Pembangunan tahun 2024 di Gedung Riptaloka, Rabu (30/4/2025). Mengusung tema “Optimalisasi Penelitian dan Pengembangan Menuju Grobogan Maju, Sejahtera, dan Berkelanjutan”, kegiatan ini menjadi forum penting untuk menyampaikan hasil kajian strategis yang telah dilaksanakan selama setahun terakhir.
Bupati Grobogan, Setyo Hadi, dalam sambutannya menegaskan bahwa hasil kajian ini akan menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun arah kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah ke depan. “Penelitian yang dilakukan berangkat dari isu strategis dan kebutuhan pembangunan. Maka, perlu dicari penyebab, solusi hingga pemanfaatannya,” ungkapnya.
Beberapa isu utama yang menjadi sorotan dalam diseminasi antara lain penguatan identitas daerah (branding), potensi kandungan litium di kawasan Bledug Kuwu, serta penanganan anak tidak sekolah (ATS).
Bangun Identitas Grobogan Lewat Branding “Gumreget, Gumregah, Gumregut”
Salah satu sorotan utama Bupati Setyo Hadi adalah pentingnya membentuk identitas daerah yang kuat dan menyeluruh. Selama ini, Grobogan memiliki banyak julukan seperti Bumi Pajale, Bumi Pepali, dan Kota Swike, namun belum memiliki satu branding yang utuh dan mewakili semua elemen masyarakat.
“Sudah saatnya kita memiliki identitas yang mewadahi semuanya, luwes, dapat dipertanggungjawabkan, dan mewakili seluruh unsur masyarakat,” katanya.
Branding daerah Grobogan akan dituangkan dalam slogan Gumreget, Gumregah, Gumregut, hasil kajian sepanjang tahun 2024 oleh tim yang dipimpin Prof. Sahid Teguh Widodo, M.Hum., Ph.D., dengan fasilitasi Bappeda. Prof. Sahid menekankan pentingnya kepemimpinan yang kolaboratif dan dukungan teknologi media serta partisipasi masyarakat dalam keberhasilan branding dan pembangunan.
Potensi Litium Bledug Kuwu Terkuak
Isu strategis lainnya adalah temuan potensi kandungan litium di kawasan Bledug Kuwu dan sekitarnya. Berdasarkan penyelidikan tim Badan Geologi, ditemukan kadar litium tertinggi pada sampel air dan lumpur di lokasi Bledug Kuwu dan Bledug Cangkring, dengan kisaran 36 hingga 665 parts per million (ppm).
Agata Vanesa dan Dzil Mulki Heditama dari Badan Geologi menjelaskan bahwa indikasi kandungan litium diperkuat oleh temuan anomali geofisika seperti gravitasi, magnetik, dan resistivitas bawah permukaan. Untuk informasi yang lebih akurat, mereka merekomendasikan pengeboran uji lanjutan di titik-titik yang telah teridentifikasi.
Tingginya Anak Tidak Sekolah Masih Jadi Tantangan
Selain potensi alam, perhatian juga diberikan pada pembangunan manusia, khususnya terkait anak tidak sekolah (ATS) yang berdampak pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan angka kemiskinan. Huntal Hutapea memaparkan bahwa hambatan ekonomi, sosial, hingga budaya seperti pernikahan dini menjadi penyebab utama tingginya ATS di Grobogan.
Ia merekomendasikan penguatan sistem data dan monitoring ATS, intervensi sosial ekonomi untuk keluarga, hingga pengembangan pendidikan nonformal dan kurikulum adaptif. “Penanganan ATS perlu pendekatan kolaboratif lintas sektor, dengan dua tim penggerak utama di level daerah dan desa/kelurahan,” jelasnya.
Rujukan untuk RPJMD 2025–2029
Kegiatan diseminasi ini menjadi langkah awal penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Grobogan 2025–2029. Sekretaris Daerah Grobogan, Anang Armunanto, turut hadir bersama jajaran perangkat daerah, akademisi, media, dan organisasi masyarakat.
Bupati Setyo Hadi menutup sambutannya dengan ajakan, “Kini saatnya kita manfaatkan hasil kajian ini sebagai rujukan dalam menentukan arah pembangunan strategis ke depan. Menuju Grobogan Maju, Sejahtera, dan Berkelanjutan, dengan semangat Mbangun Deso Noto Kutho.”